Tunggu apa Lagi Buruan Cepat

Bisnis Online

Lencana Facebook

Game Online Libertyreserve

HeadTail

Head and Tail WIN

Data ini merupakan data real yang muncul di HeadTail

Tgl Ganjil

Tgl Genap

WIN BET

No

Win

No.

Win

Percent (%)

WIN

51 Tail 56 Tail

90

Tail
31 Tail 15 Head

10

Min BET
29 Tail 14 Tail

90

Tail
45 Head 15 Head

90

Head
45 Head 46 Head

90

Head
53 Tail 42 Head

10

Min BET
39 Tail 55 Tail

90

Tail
50 Head 27 Head

90

Head
55 Tail 57 Head

10

Min BET
01 Tail 58 Head

10

Min BET
29 Tail 57 Head

10

Min BET
10 Tail 04 Tail

90

Tail
22 Tail 30 Head

10

Min BET
45 Head 55 Tail

10

Min BET
40 Tail 21 Head

10

Min BET
45 Head 36 Head

90

Head
46 Head 54 Head

90

Head
17 Tail 38 Head

10

Min BET
02 Head 29 Tail

10

Min BET
48 Tail 24 Head

10

Min BET
32 Head 59 Tail

10

Min BET
23 Tail 01 Tail

90

Tail
22 Tail 27 Head

10

Min BET
36 Head 31 Tail

10

Min BET
24 Head 11 Head

90

Head
36 Head 07 Tail

10

Min BET
59 Tail 59 Tail

100

Tail
26 Tail 57 Head

10

Min BET
11 Tail 03 Head

10

Min BET
19 Head 27 Head

90

Head
23 Tail 57 Head

10

Min BET
59 Tail 00 Head

10

Min BET
14 Tail 34 Head

10

Min BET
03 Tail 30 Head

10

Min BET
56 Tail 25 Tail

90

Tail
40 Tail 48 Tail

90

Tail
16 Tail 42 Head

10

Min BET
48 Tail 52 Tail

90

Tail
24 Head 34 Head

90

Head
33 Tail 57 Head

10

Min BET
21 Head 4 Tail

10

Min BET
16 Tail 49 Tail

90

Tail
18 Head 13 Tail

10

Min BET
07 Tail 02 Head

10

Min BET
22 Tail 58 Head

10

Min BET
43 Tail 13 Tail

10

Tail
09 Head 34 Head

90

Head
01 Tail 48 Tail

90

Tail
01 Tail 22 Tail

90

Tail
46 Head 03 Tail

10

Min BET
02 Head 23 Tail

10

Min BET
25 Tail 38 Head

10

Min BET
10 Tail 56 Tail

90

Tail
42 Head 29 Tail

10

Min BET
06 Head 00 Head

90

Head
36 Head 51 Tail

10

Min BET
08 Tail 18 Head

10

Min BET

Win

Tail

Win

Head

Spl 35 x Spl 31 x
JLH 51,20% Jlh 48,80%
Berdasarkan data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada tanggal ganjil maka peluang yang paling besar muncul Tail dan pada tanggal genap peluang muncul Head sangat besar, Cara memainkan game ini tidak perlu mendaftar karena game ini jika anda BET dengan benar langsung akan membayar ke Liberty Reserve anda. Cara Memainkan :
  • Anda harus perhatikan di HISTORY nya apa tanggal ganjil atau genap
  • Buka 2 buah lembar dimana yang satu untuk melihat HISTORI dan yang kedua untuk BET
  • Misalkan hari ini adalah tanggal ganjil, HISTORY BET muncul angka 51 maka kemungkinan Muncul berikutnya Tail (record pertama yang direkom oleh Paul Rodrigo dan tidak ada hubungan dengan moneyvestasi)
  • Jika hari ini tanggal ganjil, namun kedua data menampilkan data yang sama, maka pilih data yang berlawanan tanggal.
  • Jangan lupa Refresh halaman HISTORY untuk melihat data UPDATE agar prediksinya tepat
  • Dosa dari permainan ini tanggung sendiri
  • Record tersebut telah dihitung dengan rumus Randomly Agregat selama 7 bulan dengan tingkat keakuratan 95%
  • Moneyvestasi tidak bertanggungjawab terhadap WIN atau LOSE yang anda derita dalam game ini, karena Iklan ini dibayar oleh mereka $1300
  • Jangan BET kalau gak sanggup tahan RESIKO (DISCLAMER)
  • Iklan ini dipasang oleh PAUL RODRIGO asal Mexico

MY Slide

Jumat, 29 Juni 2007

'Hubungan Saya Dengan Swedia Susah'


Sedikit warga mengenal nama Teungku Agam atau Abu Isnandar. Namun, cobalah menyebut nama Irwandi Yusuf. Tak cuma masyarakat di Aceh, Presi­den Susilo Bambang Yudho­yono (SBY) pun mafhum kalau pemilik nama ini adalah peraih suara terba­nyak dalam pemilihan gubernur Aceh 11 Desember lalu. “Teungku Agam” alias “Abu Isnandar” merupakan nama samaran Irwandi pada setiap surat elektronik yang ia kirimkan ke berbagai media cetak kala berperan sebagai Deputi Juru Bicara Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Karena perannya itu, dosen pada Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, ini dituntut 14 tahun penjara. Ia dicokok karena dite­ngarai menjadi konseptor dan translator GAM.

Tapi, itu semua kisah masa lalu. Kini, setelah mejadi orang nomor satu di provinsi ujung barat Sumatera, bagaimana Irwandi melihat masa depan perdamaian dan pembangunan di Aceh? Benarkah hubungannya dengan GAM generasi tua sedang bermasalah? Desember lalu, bertempat di Markas Komite Peralihan Aceh (KPA)-sayap mantan militer GAM-alumnus Oregon State University Amerika Serikat yang kerap mengunakan kata ‘aku’ kala menyebut dirinya, ini bertutur banyak kepada Idrus Saputra dan Murizal Hamzah dari Aceh Magazine. Simak petikan wawacaranya berikut ini.

Komite Independen Pemilihan (KIP) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menetapkan Anda sebagai pemenang dalam Pilkada gubernur Aceh. Anda terkejut dengan hasil ini? Atau sejak awal Anda memang sudah yakin bakal menang?
Sejak awal saya sudah yakin dengan kemenangan ini. Berdasarkan survei perhitungan cepat, saya unggul. Seandainya tidak ada pelarian kotak suara seperti di Aceh Tamiang, (juga) manipulasi suara, suara saya bisa meningkat. Saya yakin sebelum pencoblosan, Pilkada ini hanya satu putaran. Ini semua berkat dukungan masyarakat yang menghendaki perubahan keadaan. Kita berupaya mengadakan perubahan atau paling kurang membuat fundamen perubahan.

Bagaimana Anda akan mewujudkan pemerintahan di Aceh nantinya?
Saya membuat pemerintah yang bersih lebih ke dalam. Membuat kegiatan yang bersifat pelayanan masyarakat, serta perang melawan korupsi. Korupsi ini gampang diberantas, namun selama ini tidak ada political will karena sama-sama bermain. Kalau sekarang sibuk-sibuk dengan qanun (Perda-red) potong tangan, maka ke depan akan ada qanun potong leher.

Termasuk akan ada mutasi dan perubahan besar-besaran?
Tidak ada perubahan pada bulan-bulan pertama. Kita mengamati dulu. Kita tidak merombak, namun membenarkan perencanaan. Ada orang yang tak cocok di suatu tempat, mungkin dia cocok di tempat lain.


Apakah ini menjadi progam 100 hari Anda menjadi gubernur?
Bukan. Tidak cukup 100 hari. Mungkin perlu setahun atau dua tahun. Jangan terpaku pada 100 hari. Kalau aku bisa, kerjakan 30 hari. Kalau tak bisa 30 hari, mungkin butuh 200 hari. Aku tak tahu siapa yang taruh istilah 100 hari. Aku tak setuju. Menyangkut program, ini menyangkut dana. Ketika aku dilantik pada Februari 2007, budget 2006 sudah selesai tapi budget 2007 belum cair.

Anda berangkat dari jalur independen dan tidak diusung oleh partai politik. Anda tak khawatir pemerintahan Anda nantinya menimbulkan resistensi di parlemen?

Aku yakin, teman-teman aku yang duduk di DPRD yang naik melalui jalur partai politik sama tujuannya dengan Irwandi ini; untuk kemakmuran Aceh ke depan. Kawan-kawan di DPR pasti mendukung. Ini untuk kepentingan rakyat Aceh. Bukan untuk kepentingan Irwandi dan Nazar (Muhamad Nazar, wakil gubernur terpilih pasangan Irwandi Yusuf-red). Entahlah kalau saya mengubah pikiran jadi gila atau lupa janji untuk kepentingan diri sendiri, maka hak DPR untuk menghadang saya.

Dalam soal politik, Pemerintah Pusat kelihatannya masih sering curiga pada Aceh. Termasuk beberapa komentar pejabat dan politisi Jakarta dalam menanggapi kemenangan Anda ini. Komentar Anda?


Kita harus mengubah itu. Aceh sesuatu yang berbeda dengan daerah lain di Indonesia. Banyak orang memprediksi pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Aceh berlangsung rusuh. Tapi apa yang terjadi, apakah ada rusuh? Padahal, jelas-jelas pihak GAM yang dirugikan karena banyak pendukung saya yang tak bisa memilih akibat tidak didaftarkan.


Pilkada Aceh bisa menjadi pendidikan politik bagi republik. Kalau melihat contoh Pilkada, jangan pergi ke Jawa, lihatlah ke Aceh. Aku menang tak sorak-sorak atau berjingkrak-jingkrak. Apakah saya ada pesta atau apakah ada anak buah saya lempar topi ke atas. Saya mohon yang kalah juga menerima kekalahan.


Pemerintah Pusat tentu saja boleh khawatir dengan kemenangan Anda, sebab bukankah Anda dulu memberontak?
Benar saya dulu memberontak untuk menurunkan sesuatu. Sekarang sudah terjadi dan kita berhenti memberontak. Semangat kami penerobos. Rakyat Aceh butuh orang-orang yang berani terobos. Bukan penerobos ilegal.


GAM tak punya kepentingan partai politik karena kami naik dari jalur indepeden. Maka aku tak pakai partai sebab tak bisa terobos. Aceh butuh pemimpin yang berani terobos, apalagi sekarang sudah ada Undang-undang Pemerintah Aceh yang penuh dengan terobosan-terobosan.

Bagaimana soal kekhawatiran pengamat, politisi, dan pejabat Pemerintahan di Jakarta bahwa kepemimpinan Anda dapat membawa Aceh merdeka dan terlepas dari Republik Indonesia (RI)?
Ketika kita bicara MoU, mengapa masih ada orang bicara di luar MoU? Aku tak mau tanggapi. Itu di luar MoU. Apakah ada kata merdeka dalam MoU? Kan tidak ada. Itu hanya paranoid-paranoid yang harus dihilangkan di Jakarta. Jakarta mesti terdidik dengan hal-hal baru di Indonesia.

Ini agak sedikit manusiawi. Anda pernah menjadi buronan Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) Iskandar Muda dan Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Aceh. Ke de-pan akankah ada desiran perasaan tertentu ketika nanti memanggil Pangdam atau Kapolda ke pendopo saat Anda telah menjadi gubernur?
Tidak ada perasaan apapun. Termasuk dengan yang pernah menganiaya aku dulu, sekarang sudah menjadi kawan akrab. Dengan Pangdam Iskandar Muda Supiadin, aku kawan. Dengan Kapolda Aceh Bachrumsyah, aku sering tukar pikiran. Mereka sudah mengirim ucapan selamat kepadaku. Tapi bukan secara resmi.

Banyak yang berkomentar kemenangan Anda lebih karena foto-foto Anda yang mengenakan pakaian adat Aceh dalam atribut-atribut kampanye maupun kertas pencoblosan. Menurut Anda, apakah pakaian adat yang Anda pakai itu memang mempengaruhi pemilih?
Ya, benar. Kami sengaja tampil beda dengan kandidat lain. Sejak deklarasi, baju kebesaran orang Aceh dengan kopiah meuketop sudah kami kenakan. Ini atas saran ulama karena rencana awal kami tidak mengenakan penutup kepala; apalagi kopiah. Alasannya, karena masyarakat tahu kiprah orang-orang pakai kopiah seperti Soekarno; banyak istri dan menipu rakyat Aceh. Soeharto juga pakai kokopiah, tapi apa yang dilakukannya selama 30 tahun di Aceh? Abdullah Puteh, mantan gubernur Aceh, juga pakai piah; tapi koruptor. Karena kami menghormati ulama, kopiah meuketop kami pilih sebagai penutup kepala. Ini untuk memudahkan pemilih dalam memilih.

Masih soal foto. Apakah nanti Anda akan menempatkan foto Hasan Tiro di lingkungan pendopo?
Lihat dulu konteksnya. Kan tidak ada larangan memasang foto tersebut. Karl Marx saja bisa dipasang. Bahkan, bendera Aceh akan ada tahun 2009. Ini tergantung kesepakatan kita; bendera mana yang akan dipakai. Saat ini kita tidak menaikkan bendera GAM karena intepretasi masyarakat berbeda-beda. Apakah dengan naiknya bendera GAM lantas bisa membuat masyarakat senang dan makmur? Kalau masalah partai politik lokal Aceh, ini sesuai dengan MoU Helsinki.

Pascakemenangan Anda, banyak pejabat dan politisi meminta agar GAM dibubarkan. Menurut Anda, siapa sih yang bisa membubarkan GAM?
Ya GAM sendiri. Di MoU tak ada perintah untuk membubarkan GAM. Yang ada, atribut militer GAM dan militernya dibubarkan. Kalau pin yang saya pakai dikatakan atribut militer, itu salah. Pin ini histori kami.

Kabarnya ada keretakan psikologis antara Anda dan kalangan GAM generasi tua. Apa benar?
Itu beda pendapat dan itu biasa. Dengan bapak saya, saya ada beda pendapat. Beda pendapat bukan berarti saya marah-marah. Kan biasa dalam demokrasi beda pendapat. Dengan anak saya saja ada beda pendapat, apalagi dengan orang lain. Saat menang dalam quick count, mereka kirim ucapan selamat kepada saya.

Konkritnya bagaimana? Ada ucapan selamat secara khusus?
Hubungan saya dengan Swedia susah. Apalagi ketika muncul berita menang, handphone ini tak berhenti-berdering. Saya tak mampu menjawab. Panas kuping ini. Karena itu, sering saya matikan daripada ada nada sambung namun tidak saya angkat.

Dalam visi misi, Anda meyebutkan akan memperjuangkan kembali Undang-undang Pemerintah Aceh (UUPA) agar sesuai aspirasi rakyat Aceh...
Ya. Saya segera membuat tim lobby di DPRD. Namun, kita juga masih menghormati UU Nomor 11 tahun 2006 sambil menunggu waktu amandemen dikeluarkan oleh Pemerintah
Pusat kita jalankan dulu apakah nantinya sesuai dengan yang kita inginkan.

Dari Ganja Ke Kontraktor


HANIF tampak lebih rapi. Rambut dipangkas pendek, kumis dan jenggot dibabat tanpa tersisa. Penampilan necis. Dia berpakaian rapi. Sangat kontras dengan penampilannya setahun silam, saat dia masih memelihara kumis dan jenggot. Dulu dia juga tidak terlalu hirau dengan penampilan. Banyak yang berubah dari lelaki 39 tahun ini.


Setahun silam, penampilan Hanif masih urak-urakan. Rambut jarang disisir, kumis dan jenggot dibiarkan bergelantungan. Singkat kata, Hanif seperti orang yang tinggal di pegunungan. Memang, Hanif sering berkelana di hutan. Bukan karena dia seorang anggota gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) atau bagian dari petualang, seperti aktivis pencinta alam. Bukan sama sekali. Kehidupan dia jauh dari bau kedua aktivitas itu. Bahwa dia sering berkelana di hutan dan pegunungan, itu benar! Setahun silam, pria tegar ini masih menjabat agen ganja.

Selama menjadi agen ganja, Hanif bergelimang fulus. Sebulan saja dia mampu mengantongi Rp 125 juta. Hanif hanya bisa menikmati dunia hedon, tapi tidak bisa merengkuh bahagia dan ketenangan. Betapa tidak, saban hari dia merasa dikejar-kejar oleh polisi.

Dunia mafia ganja dilakoni Hanif sejak lulus sekolah menengah atas di sebuah daerah terpencil di Kabupaten Aceh Besar. Mulanya, Hanif hanya terpengaruh bujuk rayu salah seorang toke besar. “Karena sering sukses, akhirnya ketagihan,” ujarnya tersenyum renyah. Sejak saat itu, dia terus keranjingan bermain di daun neraka ini. Tak kurang dari 20 tahun dia menggeluti bisnis mengiurkan ini.

Di dunia hitam itu, Hanif menjelma menjadi bos besar. Dia punya 10 anak buah, yang disebarkan di sepuluh sentra penghasil ganja di Pulo Aceh dan Aceh Besar. Hampir setiap hari anak buahnya mengumpulkan ganja kering di gudang khusus yang ada di rumah Hanif. Setelah terkumpul dalam jumlah banyak, Hanif membawanya ke kota-kota besar untuk dipasarkan.

Jaringan India, Hongkong dan Thailand
Bukan hanya di Indonesia, tahun 2003 dia sudah membuka jaringan pemasaran hingga India, Hongkong, dan Thailand. Banyak pengalaman yang diperoleh Hanif selama bergelut di dunia itu, khususnya trik meloloskan diri dari uberan aparat keamanan. ”Bermain kucing-kucingan dengan polisi sudah terbiasa buat kami,” kata Hanif saat ditemui di Banda Aceh, akhir Januari lalu. “Kami pun harus pandai-pandai bermain tikus-tikusan dengan mereka,” tambahnya.

Bermacam trik dilakukan untuk mengelabui polisi saat membawa barang haram itu. Selalu saja, Hanif sukses. Pepatah sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh jua, agaknya juga berlaku bagi Hanif cs. Pada medio 2001 silam, Hanif diuber polisi dan masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Masih untung, polisi tidak mengenal nama Hanif, “karena waktu itu saya pakai nama lain,” sebut Hanif.

Sejak resmi jadi DPO, hampir tiap hari rumah Hanif didatangi polisi. Bahkan istrinya pun hampir kewalahan mengadapinya. ”Tapi mereka tidak pernah menemukan barang bukti. Polisi juga selalu menanyakan keberadaan abang, saya selalu menjawab tidak ada orang yang dicarinya,” kata Nur Hayati, (23) istri Hanif.

Saat penggeledahan itu, polisi bukan mencari pria yang bernama Hanif, tapi nama samaran yang digunakannya. “Saya selalu bilang bahwa polisi salah alamat, sehingga mereka pulang dengan marah-marah. Besoknya datang polisi yang lain lagi,” lanjutnya. “Begitulah seterusnya.”

Insyaf
Akibat terus-terusan didatangi polisi, Nur Hayati tidak kuat menghadapi semua itu. Nur Hayati akhirnya membujuk suaminya untuk berhenti menjadi mafia. Pada awalnya, bujukan Nur Hayati dibalas dengan amarah sang suami. Namun, Nur Hayati tak patah semangat. “Saya tetap membujuknya untuk meninggalkan dunia itu. Apalagi anak-anak tambah besar. Apa jadinya, kalau satu hari kelak dia tahu bahwa ayahnya seorang mafia yang dikejar-kejar polisi,” kenang Nurhayati sambil membelai rambut anak bungsunya yang masih dalam gendongan.

September 2005, Hanif resmi “mengundurkan” diri dari dunia “bakong”. Dengan sisa kekayaan, dia mulai mengurus surat-surat pendirian sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Awalnya dia hanya membuat penawaran pekerjaan pada perusahaan-perusahaan yang lebih besar. Tapi akhirnya perusahaannya itu lolos pada NGO-NGO yang sedang bekerja merekonstruksi Aceh pascatsunami.

Akhir 2006 Hanif telah menyelesaikan puluhan rumah yang didapatnya dari berbagai NGO. ”Saya merasa lebih puas sekarang, karena semua yang saya peroleh adalah hasil dari pekerjaan yang tenang, tanpa dikejar-kejar oleh polisi. Anak dan istri pun bisa bertemu setiap hari,” ungkapnya serius.

Selama berubah profesi banyak hal yang membuatnya puas. Antara lain bisa merekrut anak-anak muda pengangguran di desanya untuk dipekerjakan, termasuk mantan anak buahnya dulu. ”Dari dulu saya sudah memutuskan untuk tetap bersama Bang Hanif dalam kondisi apa pun. Sekarang dia sudah jadi bos bangunan, saya juga ikut bersamanya,” tutur Marzuki, salah seorang mantan anak buah Hanif yang sekarang jadi karyawannya.

Saat ditemuai Aceh Magazine di rumahnya di kawasan Darussalam Aceh Besar beberapa waktu lalu, Hanif tampak sedang duduk santai di bangku depan rumahnya. Dengan wajahnya yang selalu menebarkan senyum dan tutur katanya yang ramah sangat mencerminkan bahwa dia adalah salah satu pemuda yang disegani di desanya.

Seandainya Hanif tidak menceritakan panjang lebar tetang kisah hidupnya, nyaris tidak ada yang tahu kalau dia adalah mantan mafia yang dikejar-kejar polisi. Tapi semua sudah berubah. Hanif kini sudah hidup normal seperti orang kebanyakan. Bagi Hanif, masa lalu yang kelam merupakan sebuah eskperimentasi yang gagal. Makanya, Hanif sama sekali tidak tergoda untuk kembali menekuni bisnis haram itu.

Jawa dalam Pelukan Aceh


PENGUJUNG 2006, jurnalis Aceh Magazine Ricky Fechrizal melakukan perjalanan darat menyusuri pantai timur Aceh guna melihat relasi dan hubungan antarberbagai eknis yang ada di daerah ini. Ia masuk dan “menyusup” ke komunitas Jawa yang telah hidup lama dan beranak pinak di wilayah Aceh bagian timur. Ada yang unik. Ada pula yang menarik. Inilah laporannya.

ASRI. Itulah kesan yang menancap di benak saya usai berkunjung ke Desa Lengkong Kedubang Jawa, Kecamatan Langsa Barat. Jangan heran dengan nama perkampungan yang menggunakan bahasa Jawa. Sebab, desa itu memang dihuni oleh sedikitnya 3000 jiwa etnis Jawa. Hanya segelintir saja etnik Aceh berada di sana.
Kendati Kedubang perkampungan Jawa, hubungan dengan suku asli terbina baik. Perbedaan suku tidak membuat saling bermusuhan, termasuk saat Aceh didera konflik.
Warga di sana sangat ramah, termasuk kepada para pendatang. Keramahan inilah yang membuat kerukunan antarpenduduk Desa Kedubang bisa berdampingan tanpa saling curiga. “Warga di sini sangat menjunjung tinggi keramahan dan tenggang rasa terhadap orang lain,” kata Kepala Desa Kedubang, Yus Putra, saat saya berkunjung ke desa itu akhir tahun lalu. “Itu yang membuat kami bisa hidup rukun, tidak pernah terjadi konflik sampai sekarang,” timpalnya.
Yus Putra berkisah, saat konflik, etnis Aceh di sana menjadi “pelindung” warga beretnis Jawa. Saat etnis Jawa eksodus ke luar Aceh, warga Desa Kedubang aman-aman saja. Mereka masih bisa menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa ada rasa takut. Bahkan, tak jarang etnis Jawa yang bermukim di kampung lain mencari perlindungan ke Desa Kedubang.
“Banyak warga Jawa yang berasal dari Peureulak, (Bireum) Bayeun, dan daerah lain yang memilih mengungsi untuk menyelamatkan diri di perkampungan ini,” kata bapak empat anak ini. Yus Putra sendiri sudah 40 tahun menetap di Desa Kedubang.
Bahkan, saat Aceh memasuki fase perdamaian, banyak etnis Jawa dari luar Kedubang ogah kembali ke kampung asal. Mereka tetap menetap dan membuat rumah di sini. Hanya untuk mencari nafkah saja, mereka kembali ke kampung asal.
Di perkampungan ini, terdapat dua pos keamanan saat konflik. Satu pos TNI dan satu pos polisi. Ketika kontak senjata menjadi “kegiatan” rutin di daerah lain, di desa ini malah sangat jarang terdengar senjata menyalak. Yus Putra menyebutkan, hanya sekali saja pernah terjadi kontak tembak antara pasukan pemerintah dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Itu pun di kawasan perkebunan yang bersebelahan dengan Desa Lengkong Kedubang Jawa. Saat itu, satu anggota gerilyawan tewas.
Kendati mayoritas penduduknya beretnis Jawa, GAM tidak pernah mengusik desa ini. Memang, ada beberapa anggota GAM yang masuk ke perkampungan. “Tapi mereka baik-baik, tidak pernah meminta apa pun dari masyarakat di sini,” kenang Yus. “Pernah terjadi, seorang anggota GAM ke sini untuk menjual ikan.

TIDAK diketahui pasti kapan awal mulanya etnis Jawa bermigrasi ke Aceh. Penerus “dinasti” Jawa di Kedubang juga tidak mengetahui sejarahnya. Hanya saja, mereka mengaku nenek moyang mereka dibawa oleh Kolonial Belanda. Tujuannya, untuk bekerja di perkebunan dan perusahaan Belanda yang dikelola perusahaan Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC).
Tapi tunggu dulu! Kendati nenek moyang mereka dibawa oleh Kolonial Belanda, bukan berarti etnis Jawa di Aceh manut alias patuh saja pada penjajah. Saat perang, suku Jawa ini juga bahu membahu dengan warga Aceh mengusir penjajah. Salah satu pahlawan itu bernama Ribut bin Totong yang meninggal dunia pada usia 80 tahun. Dia sangat berjasa menumpas penjajahan di masa kolonial.
Di Kota Langsa, terdapat sedikitnya 20.000 masyarakat Jawa. Sangat mudah menandakan perkampungan Jawa. Biasanya, mereka menamakan kampung dengan bahasa Jawa atau perkampungan yang ada di Pulau Jawa sana. Lihat saja nama Sidorejo, Sidodadi, atau Lengkong Kedubang. “Kampung Lengkong diambil dari nama perkampungan di Purworejo, Jawa Tengah. Mungkin orang yang pertama menginjakkan kaki ke sini adalah orang Jawa yang berasal dari Kampung Lengkong,” kata Tina, warga Lengkong Kedubang Jawa.
Ada tujuh perkampungan yang khusus didiami suku Jawa, yaitu Desa Lengkong kedubang Jawa sekitar 3.000 jiwa, Karang Anyar (3.000 jiwa), Lengkong Kedubang Aceh (1.500 jiwa). Ketiga desa itu terdapat di Kecamatan Langsa Barat. Sementara di Kecamatan Langsa Timur, yaitu Sidorejo (3.000 jiwa), Selala (3.000 jiwa), Kemuning (3.000 jiwa), dan Desa Sidodadi (3.000 jiwa).
Mayoritas suku Jawa di Langsa bekerja di perkebunan kelapa sawit. Tak ayal, di setiap pekarangan rumah ada tanaman sawit yang menjulang. Tina menyebutkan, penghasilan utamanya dari sawit. Setiap pekan, dia
bisa mendapatkan Rp 50.000 dari enam pokok sawit di halaman rumahnya. “Setiap hari masyarakat di kampung ini bisa menghasilkan satu truk kelapa sawit,” Yus Putra menimpali.

Lantas, apa harapan mereka kini kepada Gubernur Aceh Irwandi Yusuf yang telah terpilih menduduki kursi kegubernuran dengan latar belakang GAM?
“Kami berharap pemimpin terpilih dapat menjaga perdamaian, mensejahterakan Aceh,” kata Yus. Itu saja? Ada satu harapan lain: “Jangan bedakan antara satu suku dengan suku yang lain. Antara suku Aceh dan Jawa. Selama ini kami sudah hidup berdampingan dengan baik.” Harapan, sekaligus permintaan.